Rabu, 26 April 2017

Syair terakhir Imam asy-Syafi'i

Diriwayatkan dari Imam al-Muzanniy (murid terdekat Imam asy-Syafi’i), dia bertutur: “Aku membesuk asy-Syafi’i ketika beliau ditimpa sakit yang mengantarkannya pada ajal. Aku pun berkata padanya: ‘Bagaimana keadaanmu wahai guru?’
Beliau menjawab: ‘Keadaanku layaknya seseorang yang akan pergi meninggalkan dunia, yang segera akan berpisah dengan saudara, yang sejenak lagi akan meneguk gelas kematian, yang akan bertemu dengan buruknya amalku, yang akan menghadap Allah. Aku tak tahu, apakah ruhku akan terbang melayang menuju surga, hingga aku pantas mengucapkan selamat padanya, ataukah akan terlempar ke neraka, hingga aku berbelasungkawa atasnya (dengan harapan akan ampunan-Nya)’. Kemudian beliau menengadahkan wajah ke langit, seraya bersenandung:
“Hanya pada-Mu, wahai Tuhan segenap makhluk, aku tengadahkan hasratku
“Sekalipun aku, wahai Dzat Pemilik Anugrah, adalah seorang pendosa.
“Tatkala hatiku telah mengeras, dan jalan-jalanku telah menyempit
“Kujadikan harapanku terhadap ampunan-Mu sebagai tangga.
“Betapa besar dosaku, namun ketika kusandingkan dengan
“Ampunan-Mu wahai Rabb-ku, sungguh ampunan-Mu jauh lebih besar.
“Senantiasa Engkau Pemilik Ampunan atas dosa, terus menerus Engkau
“Menderma dan memaafkan (hamba-Mu) sebagai anugerah dan karunia.
“Jika bukan karena-Mu, niscaya tak ada seorang hamba pun yang kan selamat dari Iblis
“Betapa tidak, sungguh dia (Iblis) telah menggelincirkan Adam, kekasih-Mu.
“Jika Engkau memaafkanku, sungguh Engkau telah memaafkan seorang durjana
“yang teramat lalim dan aniaya, lagi senantiasa bergelimang dosa.
“Jikalau Engkau hendak menyiksaku, maka sungguh aku tak’kan pernah putus dari asa
“Kendatipun Engkau akan melemparku ke dalam Jahannam karena kejahatanku.
“Sungguh kejahatanku teramat besar sejak dulu hingga kini
“Namun maaf-Mu wahai Pemilik Ampunan, lebih tinggi lagi agung. 



Tiada ulasan:

Catat Ulasan